Dikatakannya, istilah The Lion Of
North Sumatera julukan untuk Pendi keling diberikan oleh jurnalis
Amerika Serikat. “Jadi yang melekatkan julukan Sang Singa Sumatera itu
adalah media asing,” ujarnya belum lama ini.
Sementara itu, Ketua Umum MPN Pemuda
Pancasila Yapto Suryo Sumarsono menilai kalau Pendi Keling adalah
pendiri sekaligus tonggak Pemuda Pancasila di Sumut. “Julukan Singa
ini, bukan Singa yang seram, tapi singa yang pintar memanajemen,
pelatih handal, pemberani, karena beliau dihormati, disegani dan sebagai
orator handal.”
Menurutnya, Pendi Keling adalah
orang yang jujur, ikhlas dan tidak meminta bintang tanda jasa dan tidak
minta dibayar saat berjuang menumpas musuh yang ingin merubah
undangundang dan falsafah bersama PP. “Dia sangat tahu strategi
menghancurkan musuh yang ingin merubah UU tersebut, jadi dia layak
disebut Lion Of North Sumatera, lion yang terhormat bukan lion yang
menakutkan,” jelasnya.
Mantan Petinju ini juga berhasil mempersatukan para preman di Medan pada awal 1960-an sehingga mereka menjadi kekuatan politik. Upaya
Pendi Keling menyatukan rekan-rekannya dalam satu organisasi berhasil
membuat mereka tak lagi disebut preman. Mengusung panji Pemuda
Pancasila, mereka ikut membasmi simpatisan Partai Komunis Indonesia
(PKI). Tindakan
mereka berbuah manis. Pemuda Pancasila pun menjelma menjadi organisasi
kepemudaan besar di negeri ini. Di bawah kepemimpinan Pendi Keling, para
preman yang umumnya mangkal di bioskop-bioskop menjelma menjadi orang
terpandang dan tak jarang punya peran di dunia politik. Karena
kiprahnya itulah Pendi Keling mendapat julukan Singa Sumatera. Dia juga
sempat dipercaya menjadi anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara) di Jakarta, selama dua tahun sejak 1968. Pendi
Keling meninggal dunia 26 Agustus 1997, pada usia 63 tahun. Jalan HMY
Efendi Nasution yang ditabalkan sebagai nama salah satu jalan di Kota
Medan mengabadikan legendanya.
0 komentar:
Posting Komentar